Terlepas dari pemerataan penggunaan ICT untuk pendidikan di Indonesia, implementasi ICT untuk pembelajaran ini perlu kita pahami. Teknologi memang bukan segalanya, teknologi adalah salah satu alat yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Semangat menggunakan ICT dalam pembelajaran memang perlu direspon dengan baik oleh seluruh civitas akademik, namun jangan sampai semangat ini timbul karena hanya pada kekagetan menggunakannya tanpa memahami arti penerapan ICT dalam pembelajaran. Jangan sampai ICT ini justru menjadikan murid layaknya robot belaka.
Ada sebuah cerita, Tasban adalah seorang guru di sebuah sekolah ternama di daerahnya. Sekolah tersebut memiliki sarana dan prasarana teknologi yang memadahi. Suatu saat Tasban bercerita dengan rekan sejawatnya bahwa ia telah menerapkan ICT untuk pembelajaran. Ia bercerita bahwa latihan soal yang telah dicetaknya diketik dengan komputer dan para siswa kini senang mengerjakannya karena huruf begitu jelas terbaca.
Dalam kasus Tasban ini, komputer memang menjadi salah satu alat teknologi tetapi ini bukan teknologi yang diterapkan dalam pembelajaran. Pada dasarnya inti dari penggunaan ICT dalam pembelajaran adalah berpusat pada murid. Murid memiliki keleluasaan menggunakan ICT untuk membangun sebuah pengetahuan hasil eksplorasinya serta dapat menciptakan sebuah produk sebagai inovasi mereka. Murid menggunakan sebagian atau seluruh dari teknologi secara langsung untuk melengkapi aktifitas kegiatan pembelajaran.
Peran Guru dalam Penerapan ICT untuk Pembelajaran
Guru bukan menunjukkan sebuah teknologi kepada muridnya sementara mereka masih saja tetap sama duduk diam menyakskan kehebatan guru dalam mengoperasikan atau menunjukkan hasil medianya. Guru hanya memfasilitasi murid dengan teknologi dalam rangka memudahkan murid untuk menvisualkan sesuatu yang abstrak. Atau yang lebih parah lagi jika LCD yang ada digunakan sebagai penganti papan tulis belaka.
Ketika saya bertemu dengan beberapa guru di ajang pertemuan guru inovatif Internasional yang disupport oleh Microsoft di Praha, Rep. Ceko beberapa bulan yang lalu, beberapa diantaranya tidak memiliki media sebagai hasil karya guru tersebut. Karya yang ditampilkan adalah karya murid yang menggunakan teknologi seperti blog atau pun brosur sebagai salah satu produk pembelajaran yang dilakukan di kelas. Dengan demikian dapat saya ambil pelajaran bahwa guru memiliki peran sebagai fasilitator murid menggunakan teknologi sebagai alat bantu pembelajaran mereka.
Ada dua hal yang bisa dilakukan oleh teknologi dalam rangka mendukung proses pembelajaran:
1. Teknologi untuk Membangun Pengetahuan
Teknologi yang digunakan sebagai alat bantu diharapkan dapat membantu siswa membangun pengetahuannya untuk menafsirkan, menganalisa, memadukan dan menilai sebuah pemahaman baru. Misalnya saja guru dapat menbuat media simulasi dengan komputer, murid mempraktekkan simulasi dari media tersebut lantas para murid menemukan sebuah pemahaman baru. Dengan demikian proses ini diharapkan dapat melatih anak untuk dapat berpikir kritis terhadap masalah yang ada di sekitarnya kelak.
Hanya yang perlu dicatat adalah bahwa TIK ini akan efektif jika sumber-sumber untuk membangun pengetahuan baru ini tidak dapat ditemukan oleh murid pada sumber lainnya atau sumber yang tidak dapat terjangkau oleh murid. Jika ada ensiklopedia tentang nama-nama candi di Jawa Tengah di perpustakaan mengapa pula guru harus menciptakan media berbasis komputer tentang nama-nama candi di Jawa Tengah?
2. Teknologi Menghasilkan Produk Problem Solving
Siswa dapat menggunakan ICT dalam aktifitas pembelajarannya untuk menghasilkan sebuah produk. Tentu saja produk yang dihasilkan ini bertujuan sebagai salah satu Problem Solving terhadap masalah yang ada di masyarakat. Produk tersebut benar-benar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang membutuhkannya. Dengan demikian inovasi tercipta di sini.
Sebagai contoh, murid dapat membuat sebuah video yang mengajak rekan sebaya atau pun masyarakat mengunjungi museum setelah mereka mengunjungi tempat tersebut. Bukan membuat video tentang perkembangan kehidupan zaman purba yang ditampilkan di museum tersebut misalnya. Yap, bisa saja masyarakat atau teman akan menilai kalau hanya melihat perkembangan kehiduoan manusia purba nggak perlu ke museum, tokh di internet atau pun perpustakaan ada bahan pengetahuan tersebut. Video ini diharapkan mampu menjadi solusi bagi masyarakat serta mengajak masyarakat untuk berkunjung di museum sebagai salah satu tempat menambah ilmu pengetahuan
kompasiana.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Saran & Kritik yg Membangun... OK!